Broken Home
Keluarga
berarti nuclear family yaitu terdiri
dari ayah, ibu dan anak, ayah dan ibu secara ideal tidak terpisahkan tetapi
bahu-membahu dalam melaksanakan tanggung jawab .menurut Soerjono Soekanto
(1992: 1) “Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari suami,
istri beserta anak-anaknya”. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam
masyarakat yang merupakan pondasi pertama bagi perkembangan anak untuk selanjutnya
.
Tidak luput
dari kenyataan yang ada bahwa semakin hari semakin banyak keluarga yang
mengalami broken home. Perselingkuhan
dan kesibukan orangtua sehingga memburuknya komunikasi diantara suami istri ini
menjadi pemicu utama terjadinya broken home. Contohnya adalah keluarga yang
saya survei di sekitar lingkungan kontrakan tempat saya tinggal, sebut saja
nama keluarga ini keluarga Deri Kusuma. Nama anggota keluarga ini saya samarkan
sebagai bentuk privasi cerita keluarga mereka .
Bapak Deri
Kusuma memiliki seorang istri yang bernama ibu Karina Puspita. Mereka memiliki
4 orang anak. Anak pertama bernama Ganda, anak kedua bernamaRanda, anak ketiga
bernama Tata dan anak terakhir bernama Citra. Bapak Deri berprofesi sebagai
anggota DPRD dan ibu Karina mempunyai usaha butik. Diawal pernikahan
mereka, kehidupan rumah tangganya harmonis. Namun, ketika usia anak bungsu
mereka menginjak 9 tahun, keharmonisan itu mulai retak. Hal itu disebabkan
komunikasi yang memburuk antara suami istri yang sibuk dalam pekerjaan. Selain
itu adanya pihak ketiga pada kehidupan pribadi sang suami, sehingga kehidupan
keluarga ini penuh dengan percecokan serta kekerasan dan berujung dengan
perceraian .Setelah suami istri ini bercerai, kasih sayang dan perhatian tidak
sepenuhnya lagi didapatkan oleh keempat anak itu. Karena mereka hanya tinggal bersama
ibunya saja, ayahnya menikah lagi dengan wanita simpanannya. Ibu Karina pun menjadi lebih sibuk dari biasanya.
Karena beliau yang menjadi tulang punggung keluarga. Sehingga dia tidak dapat membagi
waktu untuk memperhatikan perkembangan dan pergaulan anak – anaknya . Hal ini
membuat jiwa anak semakin terpuruk. Di usia mereka yang masih remaja tidak ada
yang memperhatikan mereka baik dari sisi spiritual dan mengajarkan tentang
norma – norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga keempat anak itu terjerumus kedalam pergaulan bebas. Ganda dan
Randa menjadi bandar
narkoba , ikut balapan liar dan sering melakukan seks bebas. Karena bagi mereka,
tidak ada cinta dan kasih sayang. Begitu juga dengan Citra dan Tata, mereka
menjadi wanita perokok , mabuk – mabukan di diskotik. Ganda dan Randa merusak
anak gadis orang lain dan adiknya dirusak oleh banyak pria. Begitulah sedikit gambaran tentang bagaimana situasi keluarga broken home. Orangtua yang membuat masalah, anak yang terlantar .
Ketika orangtua
sudah tidak dapat berkomunikasi dengan baik, karena kesibukan masing-masing
atau karena egonya, maka mereka memilih untuk bercerai. Namun, di saat orang
tua dapat mempertahankan keluarganya secara utuh tanpa ada komunikasi yang
hangat antara anggota keluarganya, secara psikologis merekapun bercerai.
Akibat Broken
Home
Dampak yang
terjadi akibat broken home pada
keluarga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada keharmonisan dalam lingkungan keluarga
Tidak ada rasa
kebersamaan dalam keluarga, baik antara orangtua dengan anak dan anak dengan
anak menyebabkan tidak adanya keharmonisan. Mereka cenderung sibuk dengan
aktivitasnya masing – masing.
2. Timbulnya rasa benci terhadap orangtua
Adanya
perceraian membuat anak harus kehilangan hidup yang tenteram dan hangat pada
orang tuanya. Sehingga membuat bekas luka dalam hati anak,mengapa orangtua
memberikan hidup yang seperti ini kepada mereka
3. Anak mudah terpengaruh dengan hal negatif di
lingkungannya
Ketidakpedulian orangtua terhadap anak dalam hal
ajaran agama, nilai kehidupan dan
norma yang berlaku dalam masyarakat menyebabkan mereka lepas kendali. Anak
menjadi kasar serta memiliki kebiasaan merusak, seperti merokok, minum-minuman
keras serta narkoba.
4. Terjerumus kedalam penyimpangan seksual
Anak merasakan
trauma terhadap cinta. Mereka memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan. Hal
ini membentuk anak menjadi orang yang krisis kasih dan terjerumus ke free seks.
5. Anak cenderung berperilaku kasar, gampang marah
Seringnya melihat percecokan antara orangtua membentuk
perilaku kasar dalam diri anak. Karena anak cenderung meniru dan melakukan apa
yang mereka lihat.
Penyebab Broken Home
Setelah saya
melakukan wawancara, saya dapat menyimpulkan bahwa penyebab broken home sebagai
berikut:
1. Perselingkuhan
Kesibukan
dalam bekerja dapat menyita waktu untuk keluarga. Sehingga memicu terjadinya
perselingkuhan. Hal ini yang terus menjadi bumerang dalam rumah tangga,
sehingga kerap terjadi pertengkaran.
2. Memburuknya komunikasi
Kurang
komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam
keluarga antara orang tua dan anak. Yang sering terjadi adalah kedua orang tua
pulang hampir malam karena jalanan macet, badan capek, sampai di rumah mata
sudah mengantuk dan tertidur. Tidak ada waktu untuk bercerita dan berbagi dalam
keluarga.
3. Orangtua yang kurang memiliki
rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang.
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang.
4. Jauh dari Tuhan
Jika
keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran
dalam keluarga itu akan terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir
anak-anak yang tidak taat kepada Tuhan dan kedua orang tuanya. Mereka bisa
menjadi orang yang berbuat buruk dan dapat melawan orang tua dan terjerumus
kedalam pergaulan bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar